KARYA FABEL SISWA SMA NEGERI 68 JAKARTA (BAGIAN II)

FEBRILIA PUTRI INZANI (X MIA 2)

Musim bunga, berpandangan bahwa musim api tak perlu cermin lagi, karena semua makhluk sudah kehilangan wajahnya, kecuali makhluk manusia.

Keanehan itu terjadi ketika aturan kebijaksanaan tak lagi mengenali dirinya. Akibat maraknya pandangan tentang aturan moral kepentingan para binatang badak, penganut kultus harimau dan singa.

Bunga bangkai tak lagi mau menangkap lalat, karena tengah menunggu metamorfosa dirinya akan menjadi sejenis jamur raksasa. Selanjutnya berencana menggandakan diri akan berkembang biak mirip benalu di pohon besar. Demkian janji harimau dan singa kepada bunga bangkai.

Para semut tak lagi punya kesempatan bersuara ketika kebijaksanaan harimau menggoreng telor bebek disimpan di laci para pemuja singa. Menyebabkan keriangan kupu-kupu tak menghasilkan warna cerah.

Para harimau dan singa, terus berupaya membungkam peradaban sejarah bumi dengan cara apapun, numpang ngetop di siklus kisah-kisah pilihan di dunia para binatang. Para elang sepakat tetap di angkasa tak mau turun ke bumi. Mengawasi perilaku para singa dan harimau.

Para semut tak berdaya ketika aklamasi sektarian tetap memuja singa dan harimau. Para semut kehilangan hakikat kebenaran demos dan kratos. Terpinggirkan oleh kebijaksanaan harimau dan singa.

Life style kegenitan para harimau dan singa di antara dunia lipstik semakin menjadi selfie, riasan alis agak miring menghiasi wajah mereka, menjadi tren mode snobisme diajang festival asal mengaum.

Semut tak lagi memiliki suara apapun ketika kebijakan harimau dan singa menduduki anak tangga terpopuler. Para pialang isu menunggu proyek publikasi popularitas bergulir, setara tampak cantik bagai buah apel rusak di dalamnya.

Para Elang tetap di angkasa menjaga pintu langit. Mengawasi perilaku para harimau dan singa. Para elang menunggu waktu tertepat bersama badai twister, akan membrangus kultus harimau dan singa sekaligus. Salam Indonesia unit berbagi cerita tentang cinta.








Nama : nadia shafira kurniawan
Kelas : x mia 1

Pada suatu hari, tinggalah seekor kera dan induknya. Ia sangat tertarik dengan cerita kemerdekaan negara republik indonesia yaitu pada tanggal 17 agustus 1945. Ia menanyakan terus menerus kepada induknya.
Induknya berkata “Bendera merah putih adalah lambang dari negara indonesia, dan sangat dihormati oleh bangsa indonesia. Bahkan untuk mengibarkan sangsaka merah putih ini banyak jiwa yang telah terkoban. Peperangan terjadi di mana-mana hanya untuk satu tujuan mengibarkan sangsaka merah-putih sehelai kain yang tersimpan beribu makna di baliknya.”
Setelah bertahun-tahun merdeka indonesia kini dapat dengan mudah mengibarkan benderanya. Hari yang paling anak kera tunggu adalah hari dimana seluruh rakyat indonesia berdiri bersama menghormati sangsaka merah putih dan mendendangkan lagu indonesia raya.
Di setiap tanggal 17 agustus anak kera selalu bersorak ria dan anak kera merasakan identitasku kembali menyatu denganku.
Tapi anak kera merasakan bendera anak kera telah hilang sejak anak kera tumbuh kembang, anak kera tak lagi menemukan benderaku bahkan di tiang tempat sangsaka merah putih berkibar kini tampak sepi dan semakin hari semakin ditinggalkan.
Bendera sangsaka merah putih hanya dapat dia temui pada 17 agustus setahun sekali. Dia bahkan telah kehilangan pedomannya, dia kehilangan jiwa nasionalismenya. Dia kini menjadi remaja yang tak beridentitas.












DENISA KUMALA

Pada hari Sumpah Pemuda yang ke 89, 2 buah pohon di pinggiran kota sedang berbincang-bincang. Pohon yang 1 sudah berumur sangat tua,ia sudah ada di situ sejak masa penjajahan dan ia merasakan semua suasana saat itu. Pohon yang 1 nya lagi baru berumur 3 bulan semenjak ditanam di pinggir kota.
Pohon muda : "Wahh pemuda-pemudi itu memiliki rasa nasionalis yg tinggi yaa...merayakan hari sumpah pemuda setiap tahunnya."
Pohon tua tersenyum melihat perkataan si pohon muda
Pohon muda pun keheranan mengapabia justru hanya tersenyum. Belum sempat bertanya Pohon Tua pun berkata kepada Pohon Muda "Yang kamu lihat sekarang tidak ada apa-apa nya dengan apa yang ku lihat dulu"
Pohon Mudah : "Yaaa memang,di sini semua tahu kau lah yang paling mengetahui segala hal"
Pohon Tua : "Seandainya kau hidup di zaman yang sama seperti ku pasti kau akan merasakan betapa berubah nya saat ini jika dibandingkan saat terdahulu"
Pohon Muda : "Tidakkah kau mau mebagi cerita denganku Pak Tua"
Pohon Muda : "Pada saat itu situasi sangat tidak seenak sekarang. Pejajahan,banyak kemiskinan,banyak teriakan,tangisan,bahkan darah yg tertumpah bagi para pemberontak. Tapi...saat Indonesia hampir terpecah bahkan dikuasai orang asing itu m,datanglah para pemuda cerdas berbudi pekerti luhur serta peduli akan masa depan bangsa"
Pohon muda : "Wahh hebat sekalii orang-orang itu. Kemana mereka sekarang pak?"
Pohon tua : "Mereka lah yg sekarang selalu dikenang oleh pemuda yang kau lihat" 
Pohon muda tersenyum takjub sambil memperhatikan sekeliling jalan.



Feren Alia

Pada suatu senja, si kancil dan si badak sedang berbincang bincang
 “hei badak, kita harus membuat perubahan!” kata si kancil
“perubahan apa kancil” tanya badak
“kita harus membuat seluruh warga hutan bersatu” kata si kancil
“kenapa harus bersatu, cil?” tanya badak
“karena aku dengar2 dari desas duses para tikus, hutan kita akan diserang oleh para singa dan gajah” kata kancil
“jangan becanda kancil” kata badak
“aku serius badak, jika kita tidak bersatu maka kita akan dikalahkan dan dijajah oleh para singa dan gajah”
”aku setuju dengan kamu kancil, tapi bagaimana cara kita menyatukan seluruh warga hutan?”
“kita minta bantuan saja dengan warga kelinci untuk menyebarkan berita”
“baiklah”

akhirnya si badak melakukan pertemuan dengan keluarga kelinci dan meminta mereka untuk menyebarkan kabar tersebut. berita itupun menyebar ke seluruh antero hutan, semua warna akhirnya berniat untuk bersatu dan mengadakan rapat yg dihadiri perwakilan dari setiap warna hutan.

akhirnya mereka berkumpul dan bersumpah akan bersatu melawan para singa dan gajah berdama dan menjaga kesatuan hutan.

Judul: The Greater Good
Karya: Amary S. X IIS 1

Pada suatu masa, hiduplah seorang petani tua yang tinggal dipinggiran hutan. Ia adalah seorang pria yang baik dan sangat mengasihi alam, oleh sebab itu, semua tumbuhan di hutan adalah sahabat-sahabatnya. Si Petani merawat hutan dan sebagai balasannya segala isi hutan memberi kepadanya hasil terbaik dari masing-masing diri mereka. Hidup si Petani makmur dari hasil buah-buahan, daging dan air yang diberikan hutan kepadanya.

Hidup si Petani akan sangat bahagia kalau saja ia tetap tinggal di dekat hutan tersebut. Namun pada suatu hari, si Pohon Apel melihat Petani itu tengah mengemasi barang-barangnya, seakan-akan akan meninggalkan rumahnya untuk waktu yang lama.

Si Pohon Apel itu terkejut dan menanyakan maksud kepergian si Petani.

"Tidakkah kau cukup bahagia disini, wahai Petani?" tanya si Pohon Apel. Si Petani menggeleng sambil tersenyum.

"Jangan salah, Pohon Apel. Aku sangat bahagia disini. Kamu memberi aku semua yang kubutuhkan, dan aku sangat bersyukur." ujar Petani.

"Kami juga sangat membutuhkan keberadaanmu. Katakanlah tujuan kepergianmu." kata si Pohon Apel.

"Aku diajak bergabung dengan tentara untuk melawan penjajah." 

"Tentara? Kamu bisa mati di sana, Petani! Apalagi kamu sudah tua. Tidakkah kamu akan lebih nyaman disini?"

"Aku ingin membela negaraku, sobat."

"Biar saja mereka berperang. Perang bodoh yang hanya merusak alam tempat tinggalku saja. Jangan bergabung dengan mereka, Petani. Toh mereka juga tidak pernah memperdulikanmu. Katakan padaku, kapan seseorang dari mereka memberimu rumah yang layak?"

"Orang yang bijaksana pernah berkata, jangan tanya apa yang bisa diberikan negaramu kepadamu, tetapi tanyalah apa yang bisa kamu berikan kepada negaramu."

"Petani tua yang bodoh!"

"Panggil aku bodoh, kawan, itu terserah kepadamu. Tapi aku hanya merelakan kebahagiaanku untuk kebaikan bersama yang jauh lebih besar. Aku akan kembali, aku janji."

"Kamu rela mati untuk negara yang tidak memperhatikanmu?"

"Apakah yang mulia dari hanya membalas utang? Berilah tanpa menghitung dan itulah yang berarti."


Josh Alevsan / X MIA 3
Pemuda Masa Kini

Tengah musim penghujan, sehari di mana matahari bersinar sepanjang siang. Burung dari bermacam-macam tempat di Indonesia dan juga beragam jenis datang berkumpul di sebuah pohon beringin dalam sebuah taman. Burung-burung tersebut bertengger pada dahan yang terdapat pada pohon tersebut.

Mereka biasanya membicarakan tentang kehidupannya masing-masing. Burung elanglah yang memimpin jalannya pembicaraan tersebut. "Burung kakatua, silahkan bicara duluan," ucap elang menunjuk burung kakaktua. 

"Di rumah tempat ku dipelihara, akhir-akhir ini sering dipenuhi banyak orang. Tampaknya sering ada perkumpulan orang-orang yang berencana untuk demo di lokasi pemerintahan. Tampaknya mereka ingin mengubah ideologi bangsa ini," jelas kakatua.
"Wah, mengerikan juga ternyata. Coba sekarang burung merpati silahkan berbicara," tunjuk elang kepada burung merpati.
"Kemarin di jalan raya kulihat anak-anak sekolah yang melakukan tawuran. Lalu lintas terganggu dan tak heran banyak yang terluka," cerita merpati.
"Ok terima kasih burung merpati. Selanjutnya coba kita berpindah ke daerah perkampungan. Burung jalak dipersilahkan," ucap elang menunjuk burung jalak.
"Tak ada bedanya dengan merpatj tadi. Antar kampung pun juga ada keributan. Penduduk desa berkelahi dengan satu sama lain," tegas jalak.

Burung-burung yang lain pun mendapatkan giliran mereka sampai akhirnya semua sudah kebagian berbicara, butung elang pun mulai menyimpulkan, "Memang negara ini sudah seringkali terdapat pertikaian mengerikan."
Tiba-tiba, entah bagaimana, pohon beringin tersebut pun berbicara kepada burung-burung tersebut, "Sudah sedari dahulu aku hidup, sejak negara ini dijajah sampai merdeka. Aku ingat benar kejadian-kejadian penting yang terjadi di negara ini. Saat itu, sumpah pemuda dinyatakan dan rakyat negara ini memutuskan untuk bersatu. Masalah-masalah yang kalian sudah ceritakan tentu sudah pernah terjadi sebelumnya, bahkan lebih parah. Ingat, kita hanya diantarkan kepada pintu gerbang kemerdekaan. Mau masuk atau tidaknya adalah keputusan kita."
Burung-burung tersebut pun kembali ke tempat mereka masing-masing karena hari sudah senja.


Syifa rizka 
XI MIPA 3
Pada suatu hari di hutan ada seekor kelabang berjalan di tengah hutan. Kelang itu sangat kelaparan. Ia menemukan sebuah pohon yang berbuah. Kelabang itu merayap ke atas pohon besar itu. "Mengapa pohon ini bergoyang?" Kata kelabang. "Hahaha aku sangat geli, kelabang kaukah itu kelabang?". "Iya ini aku pohon tua!" Jawab kelabang. "Tauhkah kamu sekarang hari apa kelabang?". "Tidak pohon". "Masih teringat jelas kenangan hari itu kelabang" kata pohon sambil mengenang kejadian itu. "Ceritakan padaku pohon".

"Peristiwa sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan dari Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda." Cerita pohon.


"Wah seperti itu pohon, terimakasih atas ceritanya, tetapi apa hasil rumusannya pohon?" Tanya kelabang. "Isi Dari Sumpah Pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua adalah sebagai berikut :
PERTAMA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia).

KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).

KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia)." Jawab pohon.


Dinda Maura
Gedung Sumpah Pemuda

Pada suatu pagi yang cerah, ada 2 ekor kucing yang bernama Kino dan Kina. Mereka berbincang tentang sejarah sumpah pemuda di gedung Sumpah Pemuda.
"Iya,Kino. Gedung ini dulunya merupakan kos kosan dari para pemuda yg merencanakan terjadinya peristiwa sumpah pemuda!" Kata Kina. "Memang iya, Na? Gedung ini saja masih sangat bagus" jawab Kino bingung
"Iya benar, hanya saja gedung ini telah direnovasi dan di perbaiki agar tetap berbentuk seperti gedung lama. Diperbaikinya supaya gedung ini tidak rusak termakan usia!" Lanjut Kina " Wah, bagus juga ya mereka memperbaiki gedung ini agar tetap dijadikan situs sejarah. Biasanya, kan, gedung gedung lama hanya dijadikan rumah biasa" kata Kino "Iya, kita jadi bisa mengingat tentang sejarah sumpah pemuda serta dapat mempelajari makna makna yang kita dapat dari peristiwa sumpah pemuda!" Kata Kina. Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka di dalam gedung Sumpah Pemuda.


Kulit Rubah dan Daging
Oleh tsabita ips 1

Ada seorang oemuda yang sangat menyukai pakaian yang mewah. Sebagian pakaian yang dimiliki terbuay dari bulu bulu halus binatang
"Sepertinyaw pakaian-pakaian yang aku miliki sudah kuno. Aku akan menemui rubah untuk meminta kulitnya. Biar aku jadikan pakaian yang indah," gumam pemuda itu.h
Si Pemuda masih memandangi pakaian yang dipakainya di depan cermin. Sebenarnya pakaian yang ia miliki masih bagus. Hanya saja kali ini ia ingin mencari bahan pakaiannya sendiri. Biasanya pemuda itu tinggal membeli dan memakainya.
Tak hanya pakaian yang mewah, pemuda itu juga sangat gemar makan makanan yang enak. Ia sangat suka dengan daging. Maka hari ini pemuda itu juga hendak menemui kambing untuk meminta dagingnya.
Pemuda itu Ialu pergi ke padang rumput. Ia menemui rubah yang sedang bersantai di bawah pohon.
“Hai rubah, aku mencarimu ke mana-mana. Rupanya kau di sini," ucap pemuda itu.
"Ada apa kau mencariku.” tanya Rubah, penasaran.
"Aku ingin membuat baju baru yang indah. Aku ingin meminta tolong kepadamu, tolong berikan kulitmu yang indah itu," ucap pemuda itu.
Rubah langsung lari ketakutan. Ia tak mau dikuliti oleh pemuda itu. Si Pemuda pun menjadi heran. Ia sudah meminta baik-baik, tapi kenapa rubah malah lari? Tak mau ambil pusing, pemuda itu kemudian mencari kambing. Ia ingin meminta dagingnya.
"Kambing, bagaimana kabarmu? Aku ingin meminta tolong," ucap pemuda itu.
"Minta tolong apa, wahai pemuda?" tanya kambing, ramah.
"Aku ingin makan daging kambing malam ini. Aku mau minta sedikit dagingmu,"ujar si Pemuda.
Tentu saja Kambing kaget. Langsung saja ia lari meninggalkan si pemuda. Pemuda itu jadi semakin heran. Kenapa kambing itu lari meninggalkannya seperti rubah? Padahal ia sudah memintanya baik-baik.
Pemuda itu pun pulang tanpa membawa kulit rubah dan daging kambing. Rupanya sulit sekali mendapatkan apa yang ia inginkan ketika harus berusaha sendiri.


Komentar